Sabtu, 14 Maret 2015

Puisi



Kabut Cinta

Cerita mereka
Seperti cerita-cerita ku dulu
Kisah mereka
Serupa kisah kisah ku dulu

Ingat dia yang tabur luka
Memarahi kisah
Cerita kami yang serupa
Tak jelas ku bilang kabut cerita

Cinta
Benci
Marah
 Ku bagi dalam amarah
Kisah yang
Tak jelas membara



Jawab Tanya ku

Aku terkucil atau dikucilkan?
Tak dianggap mesti menganggap
Jendral bak patriot memperlakukan
Memaksa dibiarkan mangap

Dibuang atau dicampakkan
Terbuang tercampakkan

Nama ku saja tak diberlakukan
Apa lagi aura yang ku kemukakan
Pantas senyum tak menawan
Di hati tak pandang kawan
                                                Jawab Tanya ku!


Pesona Dia

Butuh waktu tu menyadari
Bila itu cinta sejati
Butuh buku tuk mengilhami
Jika itu cinta suci

Mencintai biasa bagi ku
Dicintai hanya harap ku
Harap palsu mengumpat  kalbu
Tak mengapa meski begitu

Menatapnya saja anugrah
Jangankan bersamanya
Dia di cinta itu lumrah
Bila mencinta kak mungkin ada


Mimpi Apa Aku Semalam

Entah mimpi apa aku semalam
Pagi ini aku jumpa sang pangeran
Walau tak senyum untuk ku
Ia menatap ku

Angan ku melayang
Hampiri kerajaan angan
Walau dia tak pernah peduli
Namun ku selalu berharap
Di hari nanti
Dia membawaku

Entah mimpi apa aku semalam
Hari ini ku begitu dekat padanya
Walau dihatinya
Tak pernah ada namaku
Walah dibayangnya
Tak pernah terlintas wajahku
Tapi angan ku
Tetap melayang dengan mimpi


Ku ingin terulang sekali lagi


Mereka Makan

Rakus bejat dan segala umpat
Apa lagi kata-kata yang dapat ungkap rasa
Melihat orang-orang batu
Rasa dan hati yang membatu
Orang-orang yang bisu melihat babu

Orang orang yang tak peduli menyantap perih
Mereka yang makan apa bukan haknya
Memakan segala bau umpat masa

Makan hak ku
Makan hak rakyat ku
Makan kulit, daging, manusia bisu

Mereka bertebaran di negeri ku



Menggebu

Rindu apa yang menggebu
Rindu masa memaku
Kadang diam
Kadang menagis malam

Mereka memanja
Semenjak ramai mereja lela
Mereka memanja
Sejak sepuh menggebu








Tidak ada komentar:

Posting Komentar