Senin, 30 Maret 2015

Puisi Perpus






Per-Pus

                                                               Per
                                                                            Pus
                                                                                        Bu
                                                                      Ku

Buku-buku dan cerita-cerita
Kisah kisah dan rasa rasa
Baca baca dan kasih kasih

Ini bukan hanya tempat
Tapi ini kehidupan
Hidup bagi cinta
Cerita bagi kisah

Di sini dia bertemu dirinya
Mereka berkasih merekanya

Sabtu, 28 Maret 2015

Naskah Drama Lakon zombie galodo



Tokoh
Berto orang kaya yang mau menebang hutan
Joni  teman orang kaya
Darko, tono, rosna, penduduk kampung

Penduduk kampung
Pekerja
Bodiguart


Zombi Galodo

BABAK 1

PADA SUATU PAGI YANG CERAH, ADA KERAMAIAN DI SEBUAH HUTAN DI DEKAT PEMUKIMAN PENDUDUK. SUARA GEMRUH MESIN BERSAUT-SAUTAN DENGAN SUARA CEKCOK MULUT BEBERAPA ORANG.
DISANA NAMPAK SEKELOMPOK PENDUDUK BERCEKCOK DENGAN BEBERAPA ORANG YANG MEMAKAI JAS. DIANTARA ORANG-ORANG ITU ADA BEBERAPA PEKERJA YANG HENDAK MENEBANG KAYU-KAYU DI HUTAN ITU.

Darko :
Tidak! Pohon ini tidak boleh di tebang.
Tono  :
Ya, lagian ini bukan tanah kalian kan?
Berto :
Hahaha, orang miskin memang tidak tahu apa-apa. Ini persoalan uang kawan! Bukan seratus ataupun beratus-ratus, tapi berjuta bahkan puluh juta. (sinis)
Rosna :
 (menangis) Jangan, kalau pohon ini di tebang, mara bahaya akan datang!
Joni :
 Singkirkan mereka, proyek ini harus berjalan lancar. Jangan sampai kita rugi hanya karena orang kampung ini.

(Panduduk kampung di dorong mundur oleh orang-orang suruhan orang-orang kota itu.

PENEMANGAN HARI PERTAMA TELAH USAI. TAPI MASIH ADA BEBERAPA POHON LAGI YANG AKAN DITEBANGI OLEH PENGUSAHA DARI KOTA ITU. PENEBANGAN SEDIKIT MENGALAMI PENUNDAAN KARENA HARI TERUS HUJAN. PADA SUATU HARI AKHIRNYA PENEBANGAN DAPAT DILAKUKAN.

Joni :
Pohon-pohon ini harus segera di tebang meski hari hujan,
Berto :
tentu! Esok kita harus mengirim semua kayu ini ke kota. Kita sudah molor dua hari karena hujan.
Joni :
 Mulai bekerja

PEKERJA MEMULAI PEKERJAAN MEREKA MENEBANG PEPOHONAN DI HUTAN. PENDUDUK SETEMPAT HANYAK MELIHAT DENGAN CEMAS DAN KETAKUTAN. MEREKA TIDAK DAPAT BERBUAT APA-APA KARENA MEREKA DIHALANGI PENGAWAL-PENGAWAL PENGUSAHA DARI KOTA ITU. SAMPAI TERDENGAR SUARA GEMURUH DATANG DARI ARAH HILIR, SEBUAH GALOGO MENYAPU MATI ORANG-ORANG YANG BERADA DI SEKITAR MEREKA.

Semua: aaAA.


BABAK 2

( Semua terjatuh tertidur di lantai, tidak beberapa lama kemudian datang orang-orang yang berpakaian setan)

Hantu  1:
Kami Mati.
hantu 2 :
Kami Mati.
Suara –suara hantu : ya kami mati.

(orang- orang kampung yang tadinya korban galodo berdiri perlahan)

  Penduduk kampung :
mati karena kau! (menunjuk ke arah pengusaha yang erlahan mulai berdiri)

Pegusaha dan anggotanya:
 kami hanya butuh uang, bertuhan pada uang. Tidak peduli mereka yang susah. Terpenting kami bahagia.  (jatuh lagi)
Zombie penduduk (1 orang saja) :
Salah mereka yang rakus
Menebang hutan sembarangan
Zombie penduduk ( orang ke 2)
Membuang sampah seenaknya
Tak mau tahu nasip orang susah
Kami korban, korban mereka yang tidak bertanggung jawab
Orang yang berpakaian hantu: Aku korban galodo di batu busuk
Hantu 2 :
Aku korban tanah longsor di pasaman
Zombie penduduk bersama2:
 Kami korban galodo di sini,
Satu orang saja di antara zombie membaca kan puisi berikut”
Hentikan
Hentikan apa perbuat yang salah
Jangan tebang pohon kami
Jangan kotori sungai kami
Jangan sampai ada lagi yang mati begini
Jangan,,,,,
Bumi telah tua,
Tak mampu mandiri menjaga diri
Butuh hati yang berarti

Tolong
Hentikan
Tak indah mati begini

(semua jatuh)

Kamis, 26 Maret 2015

Cerpen Sahabat Palsu





Oleh Nella N. Saputri


          Ketika aku terjaga dari tidurku, rasa sakitku masih dalam terasa. Pikirku masih merajalela tentang penghianatan sahabatku. Bahkan kekacauanku hanya karena dia. Dia dan kesekian kalinya dia, dia yang menyaktiku, dia yang menghianatiku, dia yang menjebakku. Bagiku dia tak lebih dari suatu kutukan yang merajai bayang-bayangku.
          “Sandi, lekas mandi. Sudah jam berapa ini, seharusnya kamu sudah berangkat ke sekolah setengah jam lagi.” Suara merdu ibuku membuyarkan kebencianku.
          Dengan spontan aku segera mandi dan berkemas secara instan. Namun, tetap saja itu tidak terlalu membantu, aku tetap akan terlambat. Tidak mungkin dalam waktu setengah jam aku dapat menyelesaikan semuanya. Memang benar, pukul 8 aku baru sampai di sekolah, benar-benar kacau, aku tidak diperbolehkan masuk mata pelajaran pertama hari ini. Lama aku merenung di kamar mandi setelah melaksanakan hukumanku. Sekali lagi penghianatannya menghantuiku. Menyesal, mengapa aku berteman dengannya. Bodoh sekali aku ini!.
          “Hai San,” tegur seseorang dari belakangku. Aku tahu itu suara siapa, karena suara itu aku pun benci. Huh, Lukman. Tidak sadarkah dia telah berbuat kesalahan padaku. Aku hanya menoleh padanya dan tersenyum kecut.
          “Gimana hasil ulangan kemarin, aman kan?” tanyanya padaku. Tidakkah dia sadar kalau kemarin dia telah melakukan kesalahan padaku?.
          “Hancur, aku salah yang nomor 5,” jawabku pelan.
          “Oh, aku betul loh,” ujar Lukman bangga.
          Apa peduliku, aku tidak akan memujinya!. Aku salah karena dia, dia yang membuyarkan pikiranku. Dia yang menghianatiku. Awas ya Lukman, selamanya aku akan membencimu. Dasar penghianat, tak tahu malu, sesalku berteman dengan kamu, beberapa ungkapan keji mempesona dalam pikiranku.
          Sebagai lelaki aku selalu berusaha menepati semua janji dan aku selalu memegang kata-kataku. Tapi dia, sama sekali tidak seperti laki-laki sejati. Awalnya dia menyerobot pacarku, nah sekarang dia kacaukan nilaiku. Tapi tidak terlalu masalah bagiku kalau memang aku tidak mendapat nilai sempurna, yang aku permasalahkan, awalnya aku berpendapat pada sebuah pertanyaan saat ujian, kemudian dengan berbisik aku diskusikan dengan dia, sesuai hasil diskusi kami sepakat untuk tidak menggunakan jawaban yang aku pikirkan, karena itu kurang tepat. Tapi ternyata ketika sudah dikumpul, akhirnya kami tahu kalau jawaban yang benar adalah apa yang aku kemukakan tadi. Aku sedikit menyesal telah tidak percaya diri, tapi tak apalah, toh teman ku juga salah. Tapi sangat menyakitkan, ternyata dengan santai sahabatku berkata “Yiha, aku benar”. Huh, bagaimana dia membuat apa yang telah kami sepakati salah, yang dia tulis pada lembar jawabannya adalah piiranku.
          Benci, dengan lunglai dan berantakan ku masuki ruangan kelasku setelah hukumanku usai. Bagi teman-teman di kelas itu sudah hal yang biasa, karena bukan Sandi kalau tidak begitu.
          “Kemarin Lea kerumah aku San.” Ungkap seorang wanita yang duduk di belakangku. Dia lah Mirah, sahabat mantanku.
          Aku menggerutu, apa urusanku dengan wanita yang selefel dengan Lukman itu.
          “Dia nangis,” sambung Mirah kerena melihatku tidak meresponya.
          “Kenapa?” tanyaku dengan cuek. Sedikitpun aku tidak kasihan pada wanita itu.
          “Dia diputuskan Lukman, Lukman selingkuh dengan Reisya”
          “oh,” ujarku datar.
          Pikiranku menari-nari dan meneriakan kebahagiaan, akhirnya orang yang menyakitiku merasakan sakit yang ku rasa. Tapi tidak mungkin aku mengeluarkan ekspresi itu ke dalam dunia nyata ku, tidak lucukan?.
          Sejenak aku memandang keseluruh kelas, wajah-wajah remaja yang ku tatap. Masih lugu dan penuh warna, sampai akhirnya ketika Lukman datang, suasana bagiku berubah jadi kelam. Tidak lebih sebagai calon penghianat bangsa, pikirku pun menuju pada koruptor di negeriku. Lucu, terbayang olehku wajah Lukman menyengir padaku, dengan jasnya yang kusam dan memegang koper berisi uang. Aku lihat dalam bayanganku perutnya semakin membuncit, wah, cepat meletus, doaku pada Tuhanku.
          Beberapa saat aku tidak lagi bertegur sapa dengan Lukman, aku juga tidak peduli dengan status jomlo yang disandang Lea. Aku sibuk dengan teman-teman baruku yang ternyata lebih baik, aku sedikit menyesal, mengapa tidak dari dulu saja aku berteman dengan mereka. Mereka tidak pernah memanfaatkanku, mereka selalu ada bersamaku, mereka juga tidak membuatku jadi sosok yang angkuh dan sok beken.
          Sebulan kemudian menjelang Ujian Nasional, Lukman datang menghampiriku.
          “Buat apa sih San kamu malah berteman dengan orang-orang yang nggak beken seperti mereka. Kamu mau kehilangan pamorya?, akhir-akhir ini kamu juga jarang gabung sama teman-teman di kelas sebelah. Kelas ini nggak asik bro.”
          “Setidaknya mereka tidak menghianatiku, tidak memanfaatkanku, dan tidak jadi benalu dalam hidupku,”
          Setelah mengungkapkan kata-kata mutiaraku, aku berjalan dengan santai meninggalkan dia yang malah mengerutu seolah tidak pernah tahu salahnya. Jauh lebih baik begini, aku berteman dengan orang-orang yang memang menganggap aku teman, bukan kacung.
          Lukman hanya akan jadi Lukman, dengan keangkuhan dan keegoisannya, dia tetap tanpa perubahannya. Sekarang aku lihat dia sangat akrap dengan dengan teman ku yang lain, hahaha, aku tertawa, Lukman ada korban berikutnya.

Rabu, 25 Maret 2015

Naskah Drama



SITINUR BAUT DAN SITINUR BUAYA
 Nella N. Saputri

                                                  Tokoh                                              
Sitinur Baut                                   : 
  Sitinur Buaya                                :
   Nyonya Babendo                          :
 Semsul Bohainol                           :
  Datuak Merinding Disko              :
Istri Pertama                                  :
Istri Kedua                                    :
Istri Ketiga                                    :
Istri Keempat                                :
 Upiak Jua Lapek                           :
Bujang Basi                                   : 
 Makwo Corbuzier                         :
Etek Peri                                        :
Nyai Sumbiang                              : 
 Nyai tengkak                                 : 
 Ajudan 1                                       :
Ajudan 2                                       :
Ajudan pembaca pengumuman     :
Ajudan Pengumuman                    :
Tukang ojek                                   :

            Alkisah. Bukan kisah Aladin dan Jasmin, bukan pula kisah Romeo dan Juliet. Ini adalah sebuah kisah, kisah cinta yang cetar membahana. Kisah yang indah bak jambrut di khatulistiwa. Kisah cinta dan persaudaraan, kisah sedih dan bahagia, inilah kisah Sitinur Baut dan Sitinur Buaya yang hidup dalam kegenda ribuan abad nan silam.
            (Musik)
            Ribuan Abad nan silam, disebuah perkampungan yang ada di ranah minang, hiduplah masyarakat yang memiliki kisah, cerita, dan kehidupan yang “sesuatu yah”. Kisah ini dimulai dari keluarga Nyonya Babendo. Beliau memiliki hutang pada Datuak Merinding Disko. Datuak merinding disko menginginkan satu diantara anak Nyonya Babendo, yaitu Sitinur Baut dan Sitinur Buaya. Bagaimanakah kisah selanjutnya?
MARILAH KITA SAKSIKAN KISAH NAN CETAR MEMBAHANA , NAN SESUATU YAH.
            (Musik)

BABAK 1

Ruang kosong..kemudian datang rombongan Datuak Merinding Disko.
Ajudan: Spada.....
Ajudan : Padusi...
Ajudan            : Keluar..
                                                                        IMPROF
Keluarlah Sitinur Baut dengan lemah gemulainya. (diiringi musik)
S. Baut : Ada apakah gerangan rombongan datuak Merinding Disko mampir ke rumah kami yang reot ini?
D. M. Disko : Kanda ingin bertemu emak dinda.
Keluar pulalah sitinur buaya.
S. Buaya : Eh ada Datuk Merinding Disko. Apa kabar.
D. M. Disko: Tak perlu tahu kau kabarkau. Mana emak mu?
Keumudian datang lah nonya babendo.
Suasana jadi ribut dan mendebarkan.
Ajudan: Kami kesini ingin menagih hutang kau pada Datuk Merinding Disko. Sekarang sudah kelewat dateline.
Nyonya Babendo: Beri aku sedikit waktu lagi.
D.T.Merinding: Tak ada waktu lagi. Kau harus membayar hutang mu dengan cara menikahkan satu diantara putrimu dengan ku. Harus. Paham!
Ajudan: (Berbisik) Sitinur baut boleh juga.
Datuk merinding disko beserta ajudannya keluar. Namun di dekat pintu datuk merinding disko berhenti. Beliau mencuri sepatu Situnur Baut.
BABAK 2
Nyonya Babendo:  Anak-anakku, kalian dengarkan kejadian tadi.
S.Baut : Untuk apa emak berhitang pada datuak itu? Dia kan terkenal dengan kelicikannya.
N.Babendo: ya..untuk Shoping di PA , Clubing di Tee Box, dan beli pulsa buat bbm sama bapak baru. Masbuloh.
S. Buaya: Emak tega. Kenama emak nggak ngajak-ngajak?
Nyonya babendo hanya cengengesan.
S. Baut: Lalu kami yang harus menanggungnya? Aku tidak mau.
S. Buaya : Tapi aju mau. Yayaya, emang sih datuak merinding disko tua Ples bangka dan tak lagi cute membahana, tapi dia kaya raya bok.
N. Babendo: Tapi kita Lihat saja nanti, siapa yang dipilihnya.

BABAK 3
Sehari kemudian, nyonya babendo sibuk merias diri. Sitinur baut menyapu, sedangkan sitinur buaya sibuk bersolek.
(dialog nyonya babendo dengan pembantu)
Tiba-tiba datang rombongan datuak merinding disko.
Ajudan 1: Kami dari
Bersama-sama : Rombongan datuak merinding disko.

Datuk: Ajudan, kalua.
Para istri memperkenalkan diri dengan gaya masing-masing.
Nyiangkang : mbo nyiangkang. Mbo istri pertama. Mbo mengizinkan siapapun diantara kalian yang menjadi istri kelima. Dengan kurang senang hati.
Uni Pecik: Kalo saya uni pecik. Istri kedua, keturunan jawa. Aja sih pasrah aka kalo suami saya ingin menikah lagi. Saya sudah terbiasa dengan kejadian ini.
Syahrineng: Saya Syahrineng, syahrini neng. Saya mengizinkan suami saya menikah lagi yag, karena itu sudah keinginan suami saya. Jadi sebagai istri saya harus pasrah.
Pupik Iawati Pohon: Alhamdulillah. Sepenuh hati saya mengizinkan suami saya menikah, ridho lilahi taalah.
Ny. Sumbing: Calon istri akan dipilih melalui sepatu ini.
Ny. Tengkak: Kaki siapa yang pas dengan sepatu ini, dialah yang jadi istri berikutnya datuak merinding disko.
Momen mencoba sepatu. Yang muat sepatunya adalah Sitinur Baut.
(musik..senangnya dalam hati beristri dua)
S. Baut: Tidak! Tapi aku sudah punya pacar.
Syahrenong: Kamu sudah dipilih, jadi kamu tidak bisa menolaknya. Lupakan saja pacarmu itu.
S. Baut: Bagaimanamungkin aku bisa melupakannya, kami selalu makan sepiring berdua, minum segelas berdua, apapun satu berdua, manamungkin aku bisa melupakannya.
Uni Pecik: Pelitnya. Nggak Modal.
D. M. Disko: Siapa lekali hina itu.
Kemudian datanglah Dari arah pintu Semsu Bohairi.
Sem: Akulah lelaki itu.
Rombongan D.M : Tertawa.
D M Disko: Anak ku sendiri ternyata yang menjadi sainganku. Sudah lah nak. Dia akan jadi ibumu. Jadi lupakan dia. Aku yang berkuasa di sini. Hahahaha
Semua rombongan keluar, kemdian nyonya babendo dan sitinur buaya masuk kedalam bilik dengan wajah cemberut. Tinggallah sitinut baut dan semsul bohairi.
Baut: Aku tidak mau dengan dia uda. Aku maunya uda saja.
Sem: Tenang, demi nama lelaki akan ku perjuangkan cinta kita hingga titik darah penghabisan. Oh ya, aut nggak beda aut sama sajadah?
Baut: Tau lah uda.
Sem: E...cak icak ndak tau se lah. Uda ka manggombal a.
Baut: Yo lah uda. Ulang lia.
Sem: aut nggak beda aut sama sajadah?
Baut: Ndak uda.
Baut: Kalau tanpa sajadah uda nggak bisa solat. Kalau tanpa aut, uda ndak bisa hidup.
(sem berlari, )
Baut: Uda.uda lupa ya..
(sem bergaya)
Berpamitan.
BABAK 4
Kesibukan dirumah nyonya babendo seperti biasa.
Datang utusan dari daruak marinding disko.
Ajudan pengumuman 1: Kamu saja lah yang baca.
Aj 2       ; Kamu se lah ..ku gerogi.
Aj 3. : Takuik ku nyo.
Aj 1: Yo lah:
              Pengumuman-pengumuman. Minggu depan akan diadakan acara pernikahan datuak merinding disko dengan sitinur baut. Keluarga mempelai wanita tidak perlu mempersiapkan apapun, karena semua keperluan sudah dipersiapkan. Cukup hadir saja. Titik.
Aj: Pai lu yo
Kemudian rombongan pergi.

BABAB 5
Sitinur baut dan sitinur buaya sedang duduk di kamar.
S. Baut: Hmmm...dunia-dunia.
Buaya: bagaimana dunia?
Baut: auk ah .gelap.
Sitinut buaya mengusap-usap teko. Keluarlah seorang peri. Baut dan buaya tampak kaget.
Etek peri: Sembriwing-sembriwing-sembriwing....Wahai sitinur baut yang katanya mencintai samsul bohairi, yang katanya makan sepiring berdua, yang minum segelas berdua, ada apa gerangan. Kenapa dikau bermuram durja?
Baut: Siapa kamu?
Etek: Saya etek peri yang keluar dari cerek ajaib itu. Etek disini untuk membantu dikau keluar dari masalah.
Makwo: Saya makwa kobuzer.
Etek: Baut kamu sama semsulbohairi saja. Dia kan cinta sejati mu.
Makwo: sama datuk saja. Duit baut..duit.
            (etek menarik makwo ke depan)
Etek: Awak suruh se iyo jo samsul, piti datuk untuk awak see.
Makwo: Okeee. Mantap.
Etek: Baut, akan etek beri kamu kekuatan, agar kamu kebal racun. Jago kalau kalau datuk tu meracuni kamu.
SIM SALABIM JADI APA : ABA ABA.
Baut seperti tersetrum.
Etek: alah kebal nak. Lah kami pai lu yo..
Baut: karumah datuak ciek lu.

BABAK 6
Suasana dirumah datuk merinding disko.
Sitinur baut datang.
Baut: Mikum. Datuak. Tidak sudi saya menikah dengan orang macam anda. Ogah. Saya batalkan rencana pernikahan ini. Titik.
Sitinur buaya kemudian pergi.
DM Disko: Ajudan...bunuh wanita lajang itu. Aku tidak mau dia hidup.
AJ; Baut
Sem: apak jahat. Terlalu. Pergi mengejar sitinur baut.

BABAK 7
Sitinur baut berjalan sendirian di pangung.
Duduk ditengah panggung dengan gundah.
Lewatlah tulang lapek dan tukang basi.
Lapek: Lapek-lapek
Bujang: basi-basi
Lapek: Lapek den di kecekan basi.
Bujang: ih Pe de..urang jua basi ma...
Lapek: huh..lapek lapek
Bujang:  basi-basi..
Tulang lapek berhenti di hadapan sitinur baut, tukang basi berlalu.
Lapek: lapeknyo ni?
Baut: berapa harganya?
Lapek: 100 piah.
Sitinur baut membeli lapek dan memakannya.
Lapek: tak tau dia itu ada racinnya,
Tukang lapek pergi. Sitinur baut memakan lapek itu. Kemudian dia merasa mengantuk.
BABAK 8
Cukup lama sitinur baut tertidur. Kemudian Semsul Bohairi datang.
Sem: Baut....pasti dia mati karena memakan lapek ini. Tunggu aku disurga baut. Dimuko pintunyo yo.
Sem semanggil ojek,.
Sem: jek..ojek
Tukang ojek: ojek da.
Sem: jauh bara da?
Tukang ojek: 1000
Sem : dakek?
To: 500
Sem: sarugo da.
To: ma ado. Gilo ang ma da.
Tukang ojek pergi.
Sem gemakin gila

Masuk buaya: penonton cerita ini hanya fiktif belaka. Bila ada kesamaan nama ataupun parangai kami Mohon maaf.